27/07/10

Sekolah Indonesia Makkah (SIM)

Sekolah Indonesia Makkah (SIM) merupakan lembaga pendidikan yang dinantikan keberadaannya oleh masyarakat Indonesia yang tinggal dan bekerja di Makkah. Kontinuitas pelaksanaan pendidikan di dalamnya merupakan representasi tercapainya perjuangan dan cita-cita luhur para perintis sekolah yang dengan gigih berusaha mendirikan sekolah. Kegigihan mereka pada hakikatnya merupakan tuntutan terhadap hak mereka sebagai warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karena itu, keberlangsungan pendidikan di SIM seyogyanya mendapat perhatian besar dari semua pihak, termasuk pemerintah sebagai pengemban amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan merupakan proses integral antara penyampaian informasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pembentukan karakter anak didiknya. Karena itu menjadi tuntutan keharusan bagi sekolah untuk terus meningkatkan kinerjanya dan menciptakan kultur sekolah yang berakar pada ciri khasnya. Guru sebagai ujung tombak peningkatan mutu, fasilitator dan motivator penciptaan kultur sekolah yang diharapkan harus selalu ditingkatkan profesionalitas, wawasan, dedikasi dan kesejahteraannya.

Lembaga sekolah sebagai sarana formal penopang keberlangsungan pendidikan anak memerlukan legalitas sebagai pengakuan resmi, kepastian hukum, kepercayaan pengguna dan juga kemudahan dukungan keberlanjutan pendidikan sekolah.

Mengapa SIM Berdiri?
  • Jumlah anak usia belajar di Makkah cukup banyak sejalan dengan kedudukan Makkah sebagai salah satu kantung konsentrasi warga Indonesia yang bermukim dan bekerja di Saudi Arabia.
  • Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) sebagai alternatif sekolah bagi warga Indonesia, memiliki letak yang relatif jauh (sekitar 75 KM). Hal ini akan menyebabkan biaya sekolah yang relatif tinggi bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Makkah.
  • Madrasah Saudi sebagai sekolah alternatif, meskipun gratis, tapi untuk sebagian besar warga menimbulkan kegamangan berkenaan dengan memudarnya nilai-nilai etika mentalitas anak, rendahnya cinta tanah air sendiri (hubbul waton), akhlak terkontaminasi, hormat kepada orang tua banyak yang melemah, serta pola interaksi sosial yang dirasa agak memberatkan.
  • Sejauh-jauh terbang bangau, akhirnya kembali ke kubangan jua. Anak bangsa memerlukan bekal wawasan dunia bangsanya, sehingga bekal pendidikannya diharapkan dapat memotivasi untuk membangun bangsa dan negaranya sendiri di kemudian hari.
  • Adalah menjadi kebanggan tersendiri jika di pusat perhatian dunia Islam yang banyak dikunjungi para peziarah umrah dan jamaah haji, mengukir prestasi sekolah sekaligus menimba pengalaman spiritual keagamaan di Sekolah Indonesia Makkah. Cita-cita para pendiri sekolah menjadikan SIM sebagai alternatif sekolah Indonesia yang diburu oleh para cendikiawan dan hartawan muslim dari seluruh tanah air ke pusat perhatian umat Islam dunia dan tempat pergumulan doa muslimin dunia.
Sumber : SIM

0 komentar:

Posting Komentar